Thursday, November 18, 2010

Misteri di Balik Perilaku Menyimpang

Hm, tulisan kali ini menyangkut masalah psikologi. Sebenarnya saya bukan seorang psikolog atau orang yang berkecimpung dengan kejiwaan. Namun, saya suka dengan dunia psikologi. Kesukaan ini berawal waktu tiga SMA dulu. Saat itu saya melihat adanya perubahan sifat dari beberapa teman. Perubahan itu lumayan tampak jelas. Sewaktu di kelas dua, ada yang diem tiba-tiba jadi agak bandel ketika kelas tiga. Ada yang entah kenapa sering menyendiri, dlsb. Hal itu membuat saya sedikit berpikir dan mulai gemar membaca buku-buku tentang psikologi.



Pada tulisan kali ini saya akan sedikit mengulas tentang "gaduh" kaum muda, lebih tepatnya perilaku menyimpang khususnya oleh kaum muda. Perilaku menyimpang sendiri merupakan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku. Beberapa orang beranggapan masa muda adalah masa bersenang-senang. Berbagai hal yang dianggap asyik dilakukan tanpa berpikir panjang. Kehidupan kaum muda sekarang erat dengan free sex, narkoba, alkohol, kekerasan, dll. Hal-hal tersebut tentu bersifat negatif. Namun apa daya, semua itu merupakan sesuatu yang asyik dilakukan. Banyak hal yang melandasi perilaku menyimpang ini. Pergaulan yang saat ini dapat dikatakan bebas, di samping itu kemajuan teknologi juga turut mendukung. Berbagai informasi dapat kita kirim dan didapat dengan mudah dari berbagai tempat.

Berbicara tentang kemajuan teknologi informasi, teringat ulah pemuda-pemuda yang duduk manis di depan PC di warnet. Yang dilakukannya bukan browsing materi sekolah atau kuliah, namun 'melongo' melihat gambar-gambar atau video yang memang menurut saya juga enak dipandang (lho, haha). Selain itu, sewaktu kelas dua SMA, pernah saya baca hasil survei yang menyebutkan bahwa gadis di Yogyakarta 96% sudah tidak perawan lagi. Ini prestasi yang sangat bagus (menyedihkan). Kaum muda juga erat dengan kekerasan. Tawuran antarpelajar, mahasiswa, sudah tidak asing lagi di telinga. Ada banyak beberapa alasan yang dapat menjelaskan perilaku menyimpang ini.

Proses Mencari Jati Diri
Remaja, dapat dikatakan masa di mana pencarian jati diri. Emosi individu pada masa ini cukup labil. Hal ini berpengaruh terhadap sifat yang mudah berubah-ubah dan mudah terbawa suasana. Tidak jarang ada yang berlaga kuat atau seperti preman, tujuannya agar dikenal dan dianggap seperti apa yang dilakukannya.

Pengaruh Keluarga
Keluarga mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter individu. Anak yang sering melakukan perilaku menyimpang, tidak jarang dapat pengaruh dari kondisi keluarganya.

  • Keluarga yang terlalu mengekang/over protective, ini dilarang, itu juga dilarang. Hal ini memancing rasa ingin tahu dan kejenuhan sehingga mendorong seseorang bertindak "aneh" atau bertindak apa yang tidak boleh dilakukan ketika di rumahnya.
  • Broken home, kemungkinan besar si anak terupakan bahkan tertekan melihat keluarganya yang tidak akur. Berbagai hal pun dilakukan agar dirinya tidak ikut bingung dan tertekan. Akibatnya, salah jalan dan salah pergaulan pun terjadi.
  • Orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ini jelas sekali bahwa sang anak sedikit sekali mendapat perhatian. Sementara itu, perhatian dan kasih sayang orang tua sangat diperlukan.
  • Orang tua yang terlalu bebas. Ini bertentangan dengan poin sebelumnya, namun kemungkinan berhubungan dengan poin kedua dan ketiga. Ortu yang terlau membebaskan anak/keluarganya juga tidak baik.

Kasus penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, tidak sedikit karena latar belakang keluarga. Keluarga harus memberikan contoh yang baik. Kasih sayang sebenarnya harus ada di tiap keluarga. Tidak hanya bekal materi, pemberian bekal moral juga sangat penting.

Pengaruh Lingkungan
Lingkungan mempunyai pengaruh yang juga besar. Hal ini karena berhubungan langsung dengan pergaulan sehari-hari. Banyak yang mungkin awalnya sebagai anak baik, namun setelah itu karena masuk ke pergaulan yang salah, akhirnya menjadi terbawa. Dan, julukan anak baik itu telah sirna. Jika kita melihat pergaulan saat ini, rasanya sedikit teman baik. Dalam arti, teman yang selalu mengingatkan jika kita hendak/sedang berbuat menyimpang dan selalu mengajak menuju kebaikan. Meskipun ada, muncul anggapan bahwa hal seperti itu kurang asyik dan 'cupu'.

Kemajuan Teknologi
Seperti yang sudah sedikit saya ungkapkan di awal, dunia informasi saat ini juga berperan dalam perilaku manusia. Di dunia maya, kita dapat mengakses berbagai informasi tanpa adanya batasan. Informasi tentang kekerasan, sex bebas, dlsb. dapat dengan mudah kita peroleh. Di sana kita juga dapat melihat langsung suatu adegan yang memanaskan suasana secara langsung (via streaming). Ini jelas sekali berdampak negatif.

Tidak jarang dibalik kenakalannya, sebenarnya ia menyimpan kesedihan. Tampak "preman" di luar, namun terkadang hatinya lemah. Empat poin di atas merupakan sebagian yang dapat melatarbelakangi seseorang berbuat perilaku menyimpang. Keempat poin di atas saling berkaitan. Keluarga mempunyai posisi sangat penting, terlebih lagi saat anak pada masa remaja. Pemberian bekal moral hendaknya diawali oleh keluarga. Pemahaman agama, terlebih lagi oleh keluarga, ini akan lebih mengena daripada dari luar. Peran keluarga juga ikut menentukan saat suatu individu tersebut berada di dunia luar. Karena, beberapa penyebab perilaku menyimpang sebagai pelarian dari apa yang didapat dalam keluarganya. Hm, alangkah indahnya jika dalam suatu keluarga saling menghargai dan penuh kasih sayang. Tapi, kembali lagi bahwa semua tergantung diri kita bagaimana menyikapinya. Kita harus dapat membendung diri dan memilih mana yang baik, mana yang buruk.

Meski saya bukan ahli dalam kejiwaan atau psikolog. Tapi ini berdasarkan apa yang terjadi di sekitar dan buku-buku yang pernah saya baca (tapi buku2nya lupa mana aja, hehe). Mohon maaf jika ada yang kurang atau salah. Mudah-mudahan bermanfaat dan mohon masukannya ^_^

Monday, November 15, 2010

Memahami Potret Diri

Setiap manusia memiliki ciri-ciri yang berbeda. Ada yang memiliki fisik tinggi, ada yang pendek, gemuk, kurus, dan sebagainya. Begitu juga dengan sifatnya, ada yang pemarah, pendiam, keras kepala, dsb. Dapat kita ketahui bahwa potret dasar kepribadian manusia ada empat.

Sanguinis
Ciri dasar oarang sangunis adalah bersenang-senang. Selain itu, seorang sanguinis suka tertawa, ceria, banyak bicara alias cerewet, ingin diperhatikan, mendapat kasih sayang. Terkadang juga bersifat kekanak-kanakan dan mudah terpengaruh suasana. Terlebih jika dihadapkan dengan hal yang bisa membuat senang, tidak jarang akan lupa diri. Ketakutan dan tertekan, hal ini terjadi jika kehidupannya tidak menyenangkan dan tidak mendapat kasih sayang. Begitu juga dengan hal yang tidak disukai. Tidak suka dengan keadaan yang membosankan dan hidup dengan aturan.

Mudah bergaul dan humoris merupakan kekuatan kunci sanguinis. Terlebih lagi kemampuannya berbicara tanpa informasi terlebih dahulu, dan dapat menghidupkan suasana. Namun, lemah dalam mengingat rincian atau nama menjadi kelemahan sanguinis. Sifatnya yang 'ceplas-ceplos' menjadikan orang ini tidak terorganisasi. Selain itu juga tidak serius tentang apapun, suka membesar-besarkan, dan tidak suka dikritik.

Belajar memahami situasi dan kondisi serta menempatkan diri diperlukuan untuk pengembangan diri. Hal ini karena sifatnya yang tidak terorganisasi, berbicara tanpa berpikir dahulu, sulit mengingat, dan mudah terbawa suasana. Meski begitu orang sanguinis ahli dalam bergaul dan menghidupkan suasana.

Koleris
Keras dan otoriter sangat melekat pada pribadi ini. Ingin agar orang lain mengikuti, hormat, dan menghargai prestasi atau kemampuannya. Namun, akan menjadi tertekan jika keadaan tidak di bawah kendalinya atau tidak sesuai dengan cara koleris. Mudah menguasai apapun dengan cepat, membuat penilaian yang cepat dan tepat menjadi kekuatannya. Sedangkan kelemahannya, suka memerintah, memaksa, tidak perasa, tidak sabaran dan toleransi, dan kurang menghargai orang lain.

Orang koleris mudah dikenali, ini karena pendekatan yang cepat, percaya diri, menguasai, memiliki sifat alami, dan firasat yang kuat. Dalam keseharian, cenderung tidak suka dengan teman yang malas, melawan wewenang, dan tidak loyal. Sebaliknya, orang koleris suka jika bertemu dan bekerja dengan orang yang patuh, orang yang selalu mendukung, bekerja dengan cepat.

Phlegmatis
Phlegmatis merupakan kepribadian yang lebih suka ketenangan, tidak suka akan keributan. Kebiasaannya, pendekatan yang tenang, santai, duduk/bersandar jika memungkinkan. Namun, keadaan tertekan muncul jika dalam kehidupannya penuh pertikaian/keributan, mendapatkan tanggung jawab berlebih.

Dalam keadaan tertekan, biasanya menonton TV/film, makan, atau bersembunyi/menjauh dari kehidupan. Ketakutan muncul jika berurusan dengan masalah pribadi yang besar, membuat keputusan atau perubahan besar. Kurangnya dalam kepastian, antusias, energik, dan kemauan yang tersembunyi menjadi kelemahan potret phlegmatis. Namun, kelebihannya adalah suka akan ketenangan, keseimbangan, dan kepribadian yang menyenangkan.

Potret phlegmatis dapat dikembangkan dengan membuat tujuan hidup yang memotivasi diri, bekerja lebih banyak dan lebih cepat, mengerahkan diri agar mampu menghadapi masalah sendiri.

Melankolis
Tampak serius, perasa, sopan, pemikir, suka menyalahkan diri sendiri, terorganisir, dan kreatif merupakan kebiasaan dari potret ini. Hal yang diinginkan adalah mendapatkan apa yang benar. Kebutuhan emosionalnya adalah ketenangan, rasa stabil, kepekaan, dan dukungan.

Kelebihan potret ini adalah kemampuan dalam mengorganisasi, menetapkan tujuan jangka panjang, analisa mendalam, memiliki standar dan idealisme sangat tinggi. Namun, mudah tertekan, waktu yang cukup lama dalam mempersiapkan sesuatu, mencurigai orang lain, terlau fokus dalam perincian, dan mengingat hal-hal negatif, menjadi kelemahannya.

Orang melankolis tidak suka jika orang lain tidak dapat memahami perasaannya dan tidak melakukan hal yang benar seperti caranya, orang yang bohong, pelupa, terlambat, tidak terorganisir, dan tidak dapat dipercaya. Kondisi tertekan saat kehidupannya bermasalah, standar tidak terpenuhi, dan tidak ada orang yang peduli dengan keadaannya. Saat keadaan ini biasanya cenderung menekuni buku, menjadi tertekan, dan mudah menyerah.

Orang melankolis cocok dalam hal yang membutuhkan perincian, pemikiran mendalam, bagan, grafik, dan menganalisa yang terlalu sulit bagi orang lain.

Sekarang kita tinggal pilih kira-kira masuk kelompok mana dari keempat potret tersebut. Setelah itu kita harus lebih memahami lagi diri kita. Sehingga, kita dapat memanfaatkan/memaksimalkan kelebihan kita dan memperbaiki kekurangan yang nantinya dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan sekitar.



Ramly, Amir Tengku.2004.Pumping Talent: Memahami Diri, Memompa Bakat.Jakarta: Kawan Pustaka